Sensitif dengan Kemungkaran Adhyaksa Dault. FOTO: ist RAMADHAN seharusnya bisa menjadikan lingkungan, kota, dan bangsa ini menjadi...
Adhyaksa Dault. FOTO: ist
RAMADHAN seharusnya bisa menjadikan lingkungan, kota, dan bangsa ini menjadi lebih baik. Segala jenis kemungkaran dan huru-hara bisa diminimalisir atau bahkan distop sama sekali.
Alasannya, karena Ramadhan merupakan waktu dimana Allah SWT menurunkan para Malaikat-Nya ke muka bumi. Sebaliknya, syetan-syetan di belengggu sehingga tidak leluasa lagi dalam melancarkan godaan kepada ummat manusia.
Hal itu Rasulullah SAW tegaskan lewat haditsnya. âKetika Ramadhan datang maka dibukalah pintu-pintu surga, dan ditutuplah pintu-pintu neraka, dan dirantailah syetan-syetan,â hadits riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim.
Namun, fakta di lingkungan kita membuktikan, hingga kini kemungkaran, kemaksiatan, dan huru-hara tidak kunjung sepi. Bahkan, intensitasnya hampir sama dengan bulan-bulan lain sebelum bulan Ramadhan.
Di berbagai media pemberitaan selalu saja ada berita tentang pemerkosaan, pembunuhan, dan perjudian. Dengan kata lain, segala kemungkaran masih menjadi jubah sosial kita saat ini. Tentu sangat perihatin dan menguras emosi. Apalagi, bagi kita yang selalu mendambakan lingkungan masyarakat yang damai, aman, dan tentram.
Lantas apa yang membuat kemungkaran masih tetap hidup saat bulan Ramadhan dimana syetan dibelenggu? Yang jelas tidak mungkin Rasulullah SAW berbohong dengan haditsnya. Rasulullah SAW adalah manusia terbaik dan paling mulia sepanjang zaman.
Apa yang Rasulullah SAW sampaikan adalah sabda yang kebenarannya sudah terjamin. Tidak ada keraguan padanya. Bisa jadi masih maraknya kejahatan dan kemungkaran di bulan Ramadhan karena jumla h makhluk yang mengajak kepada kesesatan sudah didominasi oleh dari golongan manusia. Ya, golongan kita sendiri.
Dengan demikian, walau Allah SWT sudah membelenggu syetan dari golongan jin, tapi manusia terus aktif melancarkan godaan. Kita harus paham bahwa syetan yang membisikkan kejahatan ke dalam hati manusia berasal dari dua golongan; jin dan manusia.
Sumber: JPNN
Tidak ada komentar