FOKUS: Refleksi Figur Widodo Budidarmo Setara Hoegeng, Kapan Polri Punya Penerus yang Begini Lagi? - Okezone ...
- Home
- News
- Nasional
Jenazah Jenderal (Purn) Widodo Budidarmo saat hendak dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata (Foto: Harits Tryan Akhmad/OKEZONE)
DALAM catatan sejarah Korp s Bhayangkara- Polri, setidaknya ada satu sosok eks Kapolri yang paling diagung-agungkan karena keteladanannya. Siapa lagi kalau bukan Jenderal (Purn Alm) Hoegeng Imam Santoso.
Tapi harap dicatat, status polisi jujur, profesional, tegas dan berdedikasi juga pantas disematkan kepada Jenderal (Purn Alm) Widodo Budidarmo. Kalau mau tahu, keduanya saling berkaitan.
BERITA REKOMENDASI- FOKUS: Gubernur & Wagub Terpilih Ditetapkan, Jakarta Siap Menyongsong Era Baru Bersama Anies-Sandi
- FOKUS: Alhamdulillah! Gerakan Penutup Aksi Simpatik 55 Hasilkan Jaminan MA atas Kasus Ahok
- FOKUS: Ngeri...Jangan Coba-Coba Ikut Latah Blue Whale Challenge!
Jenderal Hoegeng masuk Sekolah Kepolisian Negara (kemudian berubah Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian/PTIK, kini Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian/STIK) angkatan pertama. Sementara Widodo jadi junior Hoegeng dua tingkat di bawahnya (angkatan ke tiga).
Sepanjang kariernya, Widodo acap menjadikan Hoegeng sebagai senior, sekaligus mentor dan teladan. Widodo yang juga jadi salah satu âanak kesayanganâ Hoegeng semasa jenderal legendaris itu jadi Kapolri, sering mendapat kehormatan berupa nasihat, pesan dan wanti-wanti.
Ungkapan: âKalau bergaul dengan pandai besi, kita akan ikut mendapati bau busuk tapi kalau bergaul dengan tukang minyak wangi, kita juga akan ikut wangiâ ada benarnya juga. Kalau sering dekat dengan polisi jujur, jadinya akan ikut jadi aparat negara yang jujur pula.
Sejak Hoegeng jadi Kapolri dan Widodo dijadikan Deputi Kapolri Bidang Operasi, sang junior dan Hoegeng hubungannya kian dekat. Widodo pun dari hari ke hari meneladani semua hal positif dari Kapolri yang melegenda itu.
Saat diangkat jadi Panglima Daerah Kepolisian II Sumatera Utara, Hoegeng bahkan sering beri perhatian dan memantau dari waktu ke waktu. Kebetulan, Hoegeng ngerti betapa rawannya persoalan sosial da n kriminalitas di sana, lantaran Hoegeng pernah jadi Kasat Reskrim Polda Sumatera Utara di akhir 1950-an.
Hoegeng kemudian âdisingkirkanâ rezim pemerintahan Soeharto dan digantikan M Hasan. Setelah M Hasan, baru giliran Widodo yang dipercaya sebagai Kapolri ketujuh yang langsung ditunjuk Presiden Soeharto- tidak seperti sekarang yang harus lebih dulu mekanismenya melalui fit and proper test DPR RI.
Hoegeng dicopot lantaran kekeuh menyelesaikan berbagai kasus korupsi, penyelundupan, hingga kriminalitas yang di-backing aparat serta pejabat ânakalâ. Kalau Jenderal Widodo?
Well, setidaknya Widodo meski hubungannya terbilang dekat dengan Presiden Soeharto, tapi Widodo tak gentar tuh memberantas korupsi, sebagaimana pesan Hoegeng tak lama setelah Widodo diangkat jadi Kapolri oleh Soeharto.
âMas Widodo jangan sampai kendor memberantas perjudian dan penyelundupan karena mereka ini orang-orang berbahaya, suka menyua p. Jangan sampai polisi bisa dibeli,â ungkap Widodo menirukan pesan Hoegeng, disarikan dari buku âHoegeng: Oase Menyejukkan di Tengah Perilaku Koruptif Para Pemimpin Bangsaâ.
âJadilah polisi yang baik. Sering-seringlah melihat ke bawah karena orang-orang di bawah itu lebih menderita dari kita,â imbuh Hoegeng yang kala itu menyampaikannya lewat sebuah stasiun radio.
Widodo juga dikenal anti-disuap dan gratifikasi, hingga tekanan dan intervensi pihak lain. Terbukti Widodo terus menggulirkan kasus korupsi Sarwidji, kendati pernah coba dilobi (mantan) Menteri Pertahanan dan Keamanan/Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Menhankam/Pangab) Jenderal Maraden Panggabean.
Dalam kasus itu, sebagaimana yang termaktub di biografinya, âSemua Karena Kuasa dan Kasih-Nyaâ, Widodo tegas menindak para pelakunya dan diajukan ke meja hijau, walau tetap ada dua perwira tinggi kepolisian juga yang terlibat kasus proyek perumahan selain Sarw idji.
Baginya hukum adalah hukum. Bahkan jika kasus hukum turut menyeret putranya, Agus Aditono (Tono) pada 1973 kala Widodo masih menjabat Kapolda Metro Jaya. Sempat salah seorang stafnya mengusulkan kasusnya ditutupi saja.
Kronologi singkatnya, Tono tak sengaja menemukan satu unit pistol di laci meja kerja ayahnya yang lupa dikunci Widodo. Pistol yang tadinya tak berpeluru itu diperlihatkan ke sang sopir yang lantas memberi Tono sebutir peluru.
Saat dimainkan denga diputar-putar dan digerak-gerakkan, tiba-tiba pistol itu meletus. Tono panik saat melihat Sugianto, sang sopir sudah berdarah-darah di jok depan mobil hingga akhirnya tewas. Kejadian itu geger di berbagai surat kabar.
Namun pada akhirnya Widodo memilih mengungkap kejadian itu dengan menggelar konferensi pers. Putranya pun direlakannya diproses di Polsek Kebayoran Baru yang lantas, disidangkan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan (PN Jaksel) dengan vonis satu tahun masa percobaan.
â Kalau pers akan memberitakan peristiwa ini terserah. Hanya saja saya pesankan, agar objektif. Ini hanya suatu kecelakaan. Jangan sampai nanti anak saya dicap sebagai pembunuh dan sebagainya, sehingga memengaruhi pertumbuhannya,â terang Widodo, dikutip dari biografinya.
Kendati begitu, kariernya tak terganggu kasus itu. Buktinya setahun kemudian, Presiden Soeharto menunjuknya sebagai Kapolri ketujuh menggantikan Jenderal M Hasan.
Kehidupannya juga terbilang sederhana. Kediamannya di Jalan Hangtuah, Kebayoran Baru tidak mewah-mewah amat. Perabotannya banyak tergolong perabotan lama.
Gaya hidupnya juga tak neko-neko walau gemar olahraga âorang kayaâ- golf. Widodo juga dikenal bisa merangkul dan berhubungan baik dengan para koleganya, seperti eks Kepala Staf Kopkamtib Jenderal (Purn) Widjojo Soejono, hingga Pangkopkamtib Jenderal Sumitro.
Jenderal Sumitro yang tidak lama setelah peristiwa Malari (Malapetaka 15 Januari 1974), dituduh ingin melawan Pr esiden Soeharto. Kepada Soeharto, Widodo mendinginkan situasi dengan menyampaikan, Sumitro mustahil melakukan makar, lantaran sudah tahu watak dan pendirian Sumitro sejak sama-sama bersekolah di Sekolah Teknik Surabaya.
Namun kini âkloninganâ Hoegeng itu sudah tiada. Widodo mengembuskan nafas terakhir di Rumah Sakit Medistra Jakarta akibat penyakit komplikasi, pada Jumat 5 Mei 2017 sekira pukul 02.30 WIB.
Jasadnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Nasional Kalibata, Jakarta Selatan dengan upacara kehormatan yang dipimpin langsung Kapolri saat ini, Jenderal Tito Karnavian.
(Baca: INDONESIA BERDUKA: Widodo Budidarmo, Kapolri Berhias Wing Penerbang & Inisiator Kantor Samsat)
Figurnya akan selalu dikenang, lantaran entah kapan lagi negeri kita bisa punya pemimpin Korps Bhayangkara seperti Hoegeng atau Widodo lagi.
(raw) â Berita lainnya-
NEWS STORY: Pesan Soekarno untuk Insan Pers, "Wajib Upgrade Kualitas karena Tanggung Jawabnya Gawat!"
-
TOP FILES: Nostalgia Masa Kecil dengan Permainan Engklek
-
Din Syamsuddin: Siapa Pihak yang Antikebhinekaan dan Intoleran?
-
FOKUS: Refleksi Figur Widodo Budidarmo Setara Hoegeng, Kapan Polri Punya Penerus yang Begini Lagi?
-
Penerapan Presidential Threshold pada Pemilu 2019 Dinilai Tidak Perlu
-
Pengamat Sebut Presidential Threshold Hambat Capres Potensial
-
Hary Tanoe: Jenderal Polisi (Purn) Widodo Budidarmo Sosok Berintegritas, Tegas, dan Baik Hati
-
Kartini Perindo Sumber Kaderisasi Perempuan untuk Membangun Bangsa
- Pascabentrok dan 448 Tahanan Kabur, Kepala Rutan Pekanbaru Dicopot
- Peneliti Senior LIPI Anggap Presidential Treshold Sekarang Tidak Relevan Lagi
- INDONESIA BERDUKA: Widodo Budidarmo, Kapolri Berhias Wing Penerbang & Inisiator Kantor Samsat
- NEWS STORY: Kisah Petarung Pantura Kaswinah, dari Kempeitai hingga Pasukan Setan < /li>
- Sandiaga: Setelah Sempat Terpecah, Insya Allah Warga Jakarta Bersatu Kembali
- Sah! Anies-Sandi Ditetapkan Jadi Gubernur dan Wagub DKI Terpilih 2017-2022
- Ini 12 Delegasi Massa Aksi 55 yang Diutus GNPF-MUI ke Mahkamah Agung
- Mabes Polri Tegaskan Polisi Boleh Jadi Pembina Ormas 9
- Mendagri: Dasarnya Apa Bubarkan FPI? 5
- Sambangi DPR, Habib Rizieq Beberkan Kronologi Tindakan Anarkis GMBI 4
- Besok, Munarman dan Bachtiar Nasir Diperiksa Terkait Kasus Makar Sri Bintang 4
- Kasus Suap Emirsyah Satar, Eks Dirops Citilink Ikut Diceg ah ke Luar Negeri 3
- KPK Beberkan Bukti Keterlibatan Emirsyah Satar di Kasus Suap Pesawat Garuda 3
- #Aksi Simpatik 55
- #Hari Kebebasan Pers
- #IIMS 2017
- #Hardiknas 2017
- #Kecelakaan Maut Ciloto
- Mau Wisata Nyaman di Gua Kreo, Simak Tips Ini
- Karakter Kunci Sukses di Dunia Kerja
- Perkuat Barisan, Perindo Muratara Sumsel Gelar ToT
- NEWS STORY: Pesan Soekarno untuk Insan Pers, "Wajib Upgrade Kualitas karena Tanggung Jawabnya Gawat!"
- Thailand Buru Pelaku Perdagangan Manusia yang Telantarkan 35 Imigran Myanmar
- Mantap! Transaksi Nontunai Berhasil Tahan Laju Inflasi
- Berjalan Kaki Madiun-Jakarta, Sandi Berikan Sepatu OK OCE kepada Eko
Karakter Kunci Sukses di Dunia Kerja
Perkuat Barisan, Perindo Muratara Sumsel Gelar ToT
Sumber: Google News
Tidak ada komentar