Page Nav

HIDE

Breaking News:

latest

Ads Place

Ali Syariati di Pusaran Revolusi Islam Iran

Ali Syariati di Pusaran Revolusi Islam Iran tirto.id - Ervand Abrahamian, sejarawan lulusan Oxford yang meraih gelar PhD di Columbia, meny...

Ali Syariati di Pusaran Revolusi Islam Iran

tirto.id - Ervand Abrahamian, sejarawan lulusan Oxford yang meraih gelar PhD di Columbia, menyebut bahwa masyarakat dunia kerap gagal memahami revolusi Iran. Banyak dari pemikir politik hari ini mereduksi apa yang terjadi di Iran sekedar gerakan masyarakat yang lahir dari kepatuhan buta pada imam.
Ia curiga banyak sejarawan politik barat abai pada fakta bahwa gerakan revolusi itu adalah api yang bara dalam sekamnya dimulai oleh intelektual. Salah satu dari intelektual yang memulai percik bara api itu adalah Ali Syariati. Ia salah satu yang mengubah lanskap pemikiran tradisional politik Islam yang cenderung taklid pada pemikiran ulama. Hal ini membuat Ali Syariati kerap dianggap sebagai pemberontak dan berbahaya.
Abrahamian menyebut bahwa Syariati lebih sering dipuja daripada dicerna dan yang paling menyedihkan adalah kerap dijadikan berhala ketimbang dibaca. Abrahamian mencurigai lans kap pemikiran intelektual Iran modern berusaha mencerabut ideologi Syariati yang berusaha kritis terhadap apapun menjadi sekadar slogan-slogan revolusi.
Menurutnya, para pembaca Syariati harus memahami tiga fase hidupnya yang membuat ia jadi intelektual yang unik.
Pertama, Syariati adalah sosiolog yang berusaha menemukan jalan tengah antara teori dan praksis, antara ide dan kerja-kerja akar rumput, dan antara kesadaran dengan keberadaan manusia. Dari pemahaman sosiologis ini, Syariati bisa menemukan bahwa ada pembusukan dalam birokrasi politik, gerakan revolusi, dan mundurnya kualitas agama masyarakat Iran di bawah Mohammad Reza Pahlavi.
Kedua, Abrahamian juga menekankan bahwa Syariati adalah muslim yang taat. Banyak artikelnya dengan kritis membawa mazhab Islam Syiah menjadi lebih progresif, bahwa agama semestinya menjadi pemantik kesadaran kritis dan semangat solidaritas antar sesama manusia.
Fase terakhir Syariati adalah sebagai orator. Dengan gamblang, ia b isa bicara tentang ide-ide masyarakat sosialis sembari bicara tentang teks keagamaan dengan baik. Saat Shah Reza berkuasa, para polisi rahasia mengawasinya dan melabelinya sebagai Islam Marxis. Sementara itu, ulama-ulama pendukung Shah Reza menyebut Syariati sebagai orang yang melewati batas. Ia dianggap bukan ulama. Omongannya tentang agama saat menginterpretasikan ajaran Islam mazhab Syiah dianggap semaunya.
Pendapat Airlangga Pribadi, ahli ilmu politik di FISIP Universitas Airlangga, menarik untuk disimak.
Menurut Airlangga, Ali Syariati adalah intelektual Islam yang bercorak pemikiran kiri-progresif dan revolusioner, baik dalam khasanah pemikiran Islam maupun dalam pemikiran intelektual dunia ketiga. Ia tidak hanya fokus pada bagaimana agama seharusnya berpihak dalam masyarakat, tapi juga kritis terhadap kekuasaan yang opresif.
  • Baca juga: Pemilu Iran adalah Pertarungan Reformis melawan Konservatif

Ali Syariati merupakan arsitek pembuat tek s-teks revolusi Iran yang mengartikulasikan kepentingan kaum tertindas dan isu-isu ketidakadilan sosial saat Shah Reza berkuasa. Ini selanjutnya menjadi bahan bakar gerakan sosial politik di Iran dan dunia. Proses revolusi Iran tidak terjadi sehari, melainkan melalui pergulatan ide yang intens. Pemikiran Syariati ini kemudian dikembangkan oleh Hasan Hanafi, Farid Essack dan pada era milenial ini diartikulasikan kembali oleh intelektual islam generasi baru seperti Omid Safi, Mehdi Hasan, maupun Ammar Nakhshawani.
Ali Syariati jelas progresif dan menolak untuk mengkompromikan pemikirannya. Airlngga menirukan salah satu ucapan Syariati dalam kuliahnya: ”Apabila kamu tidak memiliki semangat untuk revolusi, maka tidak ada perbedaan apapun apakah engkau di masjid atau di bar."
Menurut Airlangga, Syariati ingin menekankan bahwa esensi ajaran islam bukan hanya terbatas pada ritus ibadah yang profetik, tetapi juga semangat revolusi praktis yang semestinya membawa umat manu sia menjadi lebih mulia.
“Inilah tujuan utama dari pembentukan Ummah yang dijalankan melalui praktik siyasah [ilmu politik]. Muslim yang saleh, menurut Ali Syariati, adalah Muslim yang mengabdikan hidupnya untuk bersama dengan yang lain untuk menumbangkan kekuasaan yang korup dan merawat ketidakadilan sosial,” katanya.
  • Baca juga: Revolusi Iran: Aliansi Getir Kiri dan Kanan

Ali Syariati di Pusaran Revolusi Islam Iran
Pertikaian Syariati dengan ulama-ulama Shah Reza karena kerap kali saat ia berpidato, Syariati membuat pendengarnya menerjemahkan ulang makna iman dan takwa. Ia juga menuduh banyak ulama serupa posisinya dengan pemuka agama di masa kegelapan: menikmati segala kemewahan yang dimiliki borjuis tapi abai terhadap umat. Ia lantas menawarkan ada yang lebih baik dari sekedar berib adah, yaitu berpikir.
“Lebih baik aku berjalan memakai sandalku sambil memikirkan Tuhan daripada duduk dalam masjid tapi memikirkan sandalku,” Airlangga menirukan ucapan Syariati. Ini membuat banyak ulama berang dan menganggapnya keterlaluan.
Airlangga membenarkan ini. Menurutnya, Syariati pernah menjelaskan tentang apa itu tauhid. Konsepsi tauhid kebanyakan terbatas bahwa Islam mengajarkan bahwa Tuhan itu Satu dan menyembah banyak Tuhan itu syirik. Namun, Syariati membawa pemahaman ini lebih jauh lagi.
“Tauhid [bagi Syariati] adalah konsepsi spiritual sekaligus sosial yang tidak identik pada penundukan universalitas manusia di bawah ketundukan atas tatanan formalistik Islam, namun upaya kreatif umat manusia untuk membangun tatanan masyarakat yang adil dan setara melalui praktik revolusioner,” kata Airlangga.
  • Baca juga: Jejak Permusuhan Iran dan Arab Saudi

Angga menjelaskan dari rumusan sosiologis inilah kemudian muncul konsepsin ya yang terkenal yakni terminologi Syiah Merah Alawi/Islam Merah (Syiah revolusioner) yang dilawankan dengan Syiah Hitam/Islam hitam (Syiah status-quo). Menurut Ali Syariati, Syiah Alawi adalah Syiah revolusioner yang ajarannya dipimpin oleh Rasulullah Muhammad SAW dan keluarganya. Dan salah satu epos utamanya adalah kesyahidan Imam Husain bin Abi Thalib. Keseluruhan ajarannya dapat dirumuskan sebagai perlawanan ideologis terhadap ketidakadilan dan penindasan.
Sementara itu, di kutub lain adalah Syiah Safawi ajaran Syiah yang dalam kesejarahannya cenderung merawat konsentrasi kekuasaan dari kaum hartawan dan penguasa yang kemudian dikawal oleh kaum agamawan.
Bagi Syariati, intelektualisme tanpa aktivisme adalah prostitusi ide. Dalam seri kuliahnya yang dibukukan berjudul Agama versus Agama, Syariati berpendapat pesan-pesan universal dalam Islam yang terbentang dalam sejarah agama mesti dipahami dengan kerangka ilmu. Di situlah, menurut Angga, Syariati berusaha m enawarkan kepada intelektual muslim agar memanfaatkan pengetahuannya dengan baik, misalnya melakukan analisis sosiologis atas relasi kekuasaan. Juga perawatan kemakmuran oleh kelas dominan di atas penghisapan atas kaum mustadh̢۪afin (kelas tertindas).
Pemikiran Syariati itu tentu sangat mengganggu rezim penguasa. Ini yang menjadi alasan mengapa Syariati dipenjara pada 1964 saat ia kembali ke Iran. Ia dituduh mengobarkan tindakan subversif selama di Prancis. Setelah beberapa minggu ditahan, ia dilepaskan dan mulai mengajar di University of Mashhad. Ia terus mengobarkan pemikiran kritis hingga 1974 ia kembali ditahan dan dilepaskan delapan bulan kemudian. Saat itu Syariati yang sakit dibawa ke Inggris untuk dirawat.
Ali Syariati meninggal di Southampton pada 19 Juni 1977 akibat serangan jantung. Ia lantas di makamkan di dekat makan Sayyidah Zainab, cucu dari Nabi Muhamamad, di Damaskus, Syiria.
Baca juga artikel terkait IRAN atau tulisan menarik lainnya Arman Dhani
(tirto.id - dan/msh)

Keyword

iran islam ali syariati revolusi iran reza fahlevi politik mild report

REKOMENDASI

  • Iran Luncurkan Rudal Baru untuk Saingi Amerika

    Iran Luncurkan Rudal Baru untuk Saingi Amerika

  • Maryam Mirzakhani, Jenius Iran yang Terasingkan

    Maryam Mirzakhani, Jenius Iran yang Terasingkan

  • Perempuan Iran Peraih 'Nobel' Matematika Wafat Sebab Kanker

    Perempuan Iran Peraih 'Nobel' Matematika Wafat Sebab Kanker

  • Yazdegerd III, Pe   njaga Terakhir Persia Sebelum Era Islam

    Yazdegerd III, Penjaga Terakhir Persia Sebelum Era Islam

KONTEN MENARIK LAINNYA

  • Pria dari Kasta Terendah Jadi Presiden Baru India

    Pria dari Kasta Terendah Jadi Presiden Baru India

  • Mempertanyakan Pelibatan TNI Mengurusi Pangan

    Mempertanyakan Pelibatan TNI Mengurusi Pangan

BACA JUGA

  • Gerindra Tarik Dukungan dari Pansus Hak Angket KPK

    Gerindra Tarik Dukungan dari Pansus Hak Angket KPK

  • Menpan-RB Tetap Bekerja Meski Diminta Mundur Amien Rais

    Menpan-RB Tetap Bekerja Meski Diminta Mundur Amien Rais

Sumber: Tirto

Tidak ada komentar

Latest Articles