Pindah Ibu Kota dan Segunung Utang Kita - KOMPAS.com fromdebttomillionaire.com, dok. HaloMoney.co.id Ilustrasi utang ...
fromdebttomillionaire.com, dok. HaloMoney.co.id Ilustrasi utang
KOMPAS.com - Ruang media masih kosong saat Bang John, begitu ia kerap disapa, seorang wartawan media nasional di Jakarta, mulai bimbang memutuskan pindah ke Palangkaraya, Kalimantan Tengah.
Kepalanya tertunduk di depan cangkir putih berisi kopi hitam yang belum lama ia seduh. Langit mendung dan awan yang menggelap siang itu, tak cukup mampu menyembunyikan rasa bimbang pria asal Surabaya itu.
"Kalau nanti ibu kota enggak jadi pindah, walah gimana aku nanti," ujarnya sambil garuk-garuk kepala.
Sejak beberapa bulan la lu, Bang John begitu antusias mendengar rencana pemindahan ibu kota ke luar Jawa.
Meski belum diumumkan pasti kota mana yang akan menggantikan Jakarta, ia sudah yakin betul pemerintah akan memilih Palangkaraya sebagai ibu kota.
Maklum, sejak era Bung Karno dulu, Palangkaraya memang sudah diusulkan menjadi ibu kota.
(Baca: Kemungkinan Besar, Ibu Kota Akan Dipindah ke Kalimantan)
Hal itu semakin kuat lantaran belum lama ini Pemeritah Provinsi Kalimantan Tengah telah mempersiapkan lahan seluas 300.000 hektar yang katanya untuk persiapan pemindahan ibu kota.
Namun belakangan, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Bambang Brodjonegoro justru menampik soal rencana pemindahan ibu kota ke Palangkaraya.
Ia justru balik mempertanyakan kabar Palangkaraya akan dipilih sebagai penganti Jakarta.
"Siapa bilang (ibu kota pindah ke) Palangkaraya? Enggak ada yang bilang (ibu kota pindah ke) Palangkaraya," kata Bambang kepada Kompas.com, di kantor Bappenas, awal Mei lalu.
Tanda-tanda keseriusan pemerintah memindahkan ibu kota justru nampak pada petengahan Juni 2017 lalu.
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dipastikan akan mulai mengkaji dalam rencana pemindahan ibu kota pada 2018.
Bahkan Bambang mengatakan, Bappenas juga akan mengkaji skema pendanaan pemindahan ibu kota lantaran pasti butuh dana besar.
Hal itu ia sampaikan langsung dihadapan anggota DPR rapat kerja dengan Komisi XI di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (14/6/2017).
(Baca: Palangkaraya Dinilai Tak Cocok Dijadikan Ibu Kota karena Hal Ini...)
Namun langkah paling maju dari rangkaian wacana itu adalah adanya penganggaran dana untuk kajian mendalam terkait pemindahan ibu kota di dalam pagu anggaran pemerintah.
Bappenas sendiri mengajukan usulan pagu Indikatif anggaran kementerian Rp 1,5 triliun kepada DPR.
Rencananya dana itu juga akan digunakan u ntuk harmonisasi dan simplikasi aturan, mendorong pembiayaan infrastruktur non APBN, hingga menyusun aksi satu data nasional.
Teranyar rencana pemindahan ibu kota sudah dibahas secara detail bersama Presiden Republik Indonesia Joko Widodo di Istana Negara, Senin (3/7/2017).
Dalam perbincangan dengan Presiden, Bambang mengatakan kajian pemindahan ibu kota, termasuk skema pendanaannya, akan segera dirampungkan. Meski begitu, jalan pemerintah bisa jadi terjal.
Tembok besar akan menghadang rencana pemindahan ibu kota. Apa itu?
Dana, ya lagi-lagi anggaran. Seperti dikatakan pemerintah sendiri, pemindahan ibu kota atau pusat pemerintahan akan memakan dana yang besar.
Di sisi lain, anggaran pemerintah yang tersedia sangat terbatas. Berdasarkan APBN 2017, pendapatan negara ditargetkan hanya mencapai Rp 1.750 triliun.
Sementara total belanja negara mencapai Rp 2.080 triliun.
Artinya, pemerintah akan mengalami defisit anggaran Rp 330 triliu n, atau 2,41 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional.
Kabar buruknya, defisit anggaran negara akan semakin melebar.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, defisit anggaran kemungkinan akan mencapai 2,6 persen pada 2017.
Perubahan defisit ini akan disampaikan langsung ke DPR di dalam Rancangan APBN Perubahan 2017.
Implikasinya jelas, bila anggaran sudah defisit, maka jalan satu-satunya untuk membiayai belanja negara adalah dengan mencari pendanaan lain.
Opsi yang kerap diambil pemerintah adalah dengan berutang. Berdasarkan data akhir Mei 2017, posisi utang pemerintah sudah mencapai Rp 3.672 triliun.
Angka ini melonjak Rp 1.069 triliun dibandingkan dengan posisi utang pada akhir 2014 lalu.
Sederhananya, utang negara terus menggunung selama pemerintahan Presiden Joko Widodo.
Sialnya, sebagian utang itu akan jatuh tempo dalam periode 2018 sebesar Rp 390 triliun dan 2019 sebesar R0 420 triliun.
Jika dijumlah, dalam dua tahun ke depan, pemerintah harus membayar utang sekitar Rp 810 triliun.
(Baca: Utang RI Capai 3.667 Triliun, Rakyat Jangan Khawatir?)
Dilihat dari kondisi ini, pemindahan ibu kota melalui pendanaan APBN akan berimplikasi kepada utang negara yang semakin menggunung.
Sementara itu kemungkinan pendanaan ibu kota baru melalui investasi swasta terbilang kecil.
Pengamat ekonomi Institute For Economic and Development Finance (Indef) Bima Yudhistira mengatakan, swasta pasti akan kurang berminat bila ditawari investasi untuk membangun fasilitas pemerintahan.
"Imbal hasilnya kecil. Beda dengan proyek infrastruktur yang komersil," ucap Bima.
Apalagi, dana investasi pemindahan ibu kota Indonesia bisa jadi lebih besar bila dibandingkan dengan pemindahan ibu kota yang dilakukan Malaysia.
Selain karena ketersediaan infrastuktur dasar, besaran pegawai yang harus pindah juga akan membuat biaya pembangunan infrastruktur pemerinta han jadi lebih besar.
Malaysia sendiri menelan dana hingga 8,1 miliar dollar AS, atau Rp 107 triliun untuk memindahkan ibu kotanya dari Kuala Lumpur ke Putrajaya pada 1999 lalu.
Melalui berbagai fakta itu, pemerintah harus sangat cermat memulai langkah memindahan ibu kota.
Jangan sampai, perencanaan pemindahan kota yang terburu-buru justru menambah defisit APBN.
Bila itu terjadi, pemerintah pasti akan menambah utang untuk pembiayaan pembangunan infrastruktur ibu kota baru.
Pertanyaanya sederhana, apakah kita ingin melihatnya ibu kota baru dibangun lewat pondasi-pondasi utang?
Sebagian mungkin bisa menerimanya, sebagian lagi mungkin tidak. Lantas bagaimana dengan Pak Jokowi?
Kompas TV Wacana pemindahan Ibu Kota negara Indonesia ditanggapi oleh Presiden Joko Widodo. Berita TerkaitUtang Pemerintah Tembus Rp 3.549 Triliun, Ini Kata Menko Darmin Disambangi S&P, Pemerintah Jelaskan Utan g Rp 3.549 Triliun Sri Mulyani: Satu Penduduk Indonesia Tanggung Utang Negara Rp 13 JutaKepala Bappenas: Siapa Bilang Ibu Kota Pindah ke Palangkaraya? Kuartal I 2017, Utang Luar Negeri Indonesia Naik 2,9 Persen Terkini Lainnya Bangun Pabrik Petrokimia, LG Gelontorkan Investasi Rp 17 Triliun Rilis 05/07/2017, 08:00 WIB Sriwijaya Air Paling Banyak Ajukan "Extra Flight" Pada Lebaran 2017 Bisnis 05/07/2017, 07:30 WIB Pemerintah dan Pengusaha Perbaiki Tata Niaga Beras Nasional Makro 05/07/2017, 07:00 WIB Pindah Ibu Kota dan Segunung Utang Kita Makro 05/07/2017, 06:45 WIB 5 Berita Populer Ekonomi: Teguran Jokowi ke Susi, Jokowi dan Sri Mulyani yang Kompak, hingga Sebab Tutupnya 7-Eleven Makro 05/07/2017, 06:30 WIB Penumpang Pesawat Naik 12,99 Persen Pada Lebaran 2017 Makro 05/07/2017, 06:00 WIB Larangan Laptop untuk Maskapai Penerbangan Arab Saudi Segera Dicabut Makro 05/07/2017, 05:30 WIB Bandara Lion Air di Balaraja Masuk Tahap Pembebasan Lahan Bisnis 05/07/2017, 05:15 WIB Juni 2017, Produksi Minyak OPEC Sentuh Level Tertinggi Tahun Ini Makro 05/07/2017, 05:00 WIB Benarkah Freeport Kantongi Izin Operasi Di Indonesia hingga 2041? Rilis 05/07/2017, 04:30 WIB Mendag Optimistis Inflasi Sektor Pangan Akan Terus Terjaga Makro 04/07/2017, 23:07 WIB Mendag: Satgas Pangan Masih Dibutuhkan Makro 04/07/2017, 22:55 WIB NAM Air Miliki Pesawat ATR 72-600 Pertama Makro 04/07/2017, 22:42 WIB Lion Air Terbangkan Boeing 737 MAX-8 Pertama di Indo nesia Makro 04/07/2017, 22:21 WIB Pemerintah Wajibkan Produsen Minyak Produksi Minyak Goreng Murah Makro 04/07/2017, 22:10 WIB Load MoreSumber: Google News
Tidak ada komentar