Page Nav

HIDE

Breaking News:

latest

Ads Place

Jangkrik Bos Part 2 Kurang Lucu

Jangkrik Bos Part 2 Kurang Lucu jpnn.com - Jangkrik Boss Part 1 memegang rekor sebagai film Indonesia terlaris sepanjang masa dengan 6,8 ju...

Jangkrik Bos Part 2 Kurang Lucu

Jangkrik Bos Part 2 Kurang Lucu - JPNN.COM

jpnn.com - Jangkrik Boss Part 1 memegang rekor sebagai film Indonesia terlaris sepanjang masa dengan 6,8 juta penonton. Setahun berlalu, sekuelnya siap diluncurkan. Bisakah menyamai pendahulunya?

Jangkrik Boss Part 2 diputar di bioskop pada 31 Agustus mendatang. Di bawah arahan sutradara Anggy Umbara, film itu masih memasang pemain yang sama. Ada Abimana Aryasatya (Dono), Vino G. Bastian (Kasino), Tora Sudiro (Indro), dan dedengkot Warkop DKI Indro.

Ceritanya melanjutkan bagian pertama. Ketiga sahabat mencari harta karun ke Malaysia bersama Sophie (Hannah Al Rashid). Misi tak berjalan mulus karena petanya dibawa gadis Malaysia bernama Nadia (Fazura).

Jika Part 1 terinspirasi dari film CHIPS (1982), Part 2 diangkat dari film Setan Kredit (1982) dan IQ Jongkok (1981). ”Tiga film itu merupakan film Warkop favorit saya karena jokes-nya khas dan cerdas,” ujar Anggy ditemui setelah gala premiere di CGV Grand Indonesia, Jakarta Pusat, Jumat malam (25/8).

Film pertama berhasil menjaga tawa penonton untuk terus hadir. Sayang, kemampuan itu tak muncul lagi. Komposisi lelucon tidak begitu banyak. Dialog terasa berbelit dan diucapkan secara cepat. Guyonan slapstick pun masih jadi andalan.

Ada usaha menampilkan efek CGI dan visual. Misalnya, saat dada Kasino membesar akibat serum yang disuntikkan ilmuwan cantik (Nora Danish). Namun, tekniknya kurang rapi sehingga terlihat artifisial.

Tawa penonton justru muncul karena kehadiran karakter-karakter pendamping seperti pocong dan kuntilanak. Kuatnya chemistry yang terbentuk antara Tora, Abi, dan Vino menjadi penolong besar untuk bisa membuat penonton menilai bagus film tersebut.

Sebagai kejutan, Falcon Pictures selaku rumah produksi membeli hak cipta tiga film lama, yaitu Gitar Tua Rhoma Irama (1977), Sundelbolong (1981), dan Jaka Sembung sang Penakluk (1981).

  • 1
  • 2
  • 3
  • Next
Sumber : Jawa PosSumber: JPNN

Tidak ada komentar

Latest Articles