Membangun Optimisme Kebangsaan dari Bandung Menuju PILKADA serentak 2018 yang dilakukan pada 171 daerah di seluruh Indonesia, refl...
Membangun Optimisme Kebangsaan dari Bandung
Akselerasi politik melalui digitalisasi informasi meyebarkan satu cara pandang keIndonesiaan baru yang unik, sebuah tradisi pembangunan Indonesia yang berawal dari wawasan pembangunan lokal yang terintegrasi dengan pembangunan nasional bahkan kepentingan internasional. Pemilihan kepala daerah serentak yang dilakukan sejak tahun 2015-2018 dengan jumlah 544 pilkada, mendorong kompetisi politik yang menarik berbagai kalangan elit politik dengan sebuah paradigma politik baru bahwa kepemimpinan Indonesia diawali prestasi kepemimpinan di tingkat lokal.
Pilkada Kota Bandung merupakan salah satu pilkada yang paling banyak mendapatkan perhatian publik, bukan hanya karena Bandung menjadi bagian dari wilayah dengan penduduk terbesar di Indonesia, namun juga karena Kota Bandung merupakan barometer pembangunan Indonesia yang terintegrasi dengan berbagai kepentingan pembangunan nasional maupun internasional. Pilkada Bandung merupakan titik utama dari dinamika pembangunan Jawa Barat, wilayah dengan pembangunan termaju dan pusat studi kemajuan Indonesia terbaik dengan tiga universitas besar ternama yaitu ITB, UNPAD, dan UPI yang sampai saat ini masih merawat optimisme kebangsaan dalam membangun Indonesia.
Catatan lainnya yang menjadi penting dari Pilkada Kota Bandung adalah penantian publik terhadap figur baru yang mampu menggantikan dan melanjutkan walikota Bandung Ridwan Kamil yang menjadi media darling dan sorotan publik nasional.
Analisa lapangan INDODATA memperlihatkan paling tidak 6 kandidat utama yang memiliki peluang terbesar menggantikan dan melanjutkan Ridwan Kamil, yaitu Yossi Irianto, Oded M Danial, Ayi Vivananda, Gatot Cahyono, Nurul Arifin dan Erwan Setiawan. Kepemimipinan ini berbasis pada ekspektasi publik dalam melanjutkan pembangunan Kota Bandung yang lebih merakyat dan memahami berbagai kebutuhan masyarakat Kota Bandung. Ketertarikan masyarakat Kota Bandung terhadap kandidat birokrat memperlihatkan harapan besar masyarakat Kota Bandung terhadap kandidat baru yang bebas dari beban politik kepartaian.
Optimisme Kerakyatan
Robohnya kepercayaan publik terhadap Pola kepemimpinan konvensional yang lebih berorientasi pada kepentingan kelompok dan elit terlihat dari perilaku masyarakat Kota Bandung yang lebih memilih sosok baru diluar kader partai politik. Kader partai politik dianggap syarat dengan kepentingan partai dan jauh dari kepentingan rakyat. Pola ini juga merupakan kontrol publik Kota Bandung terhadap partai politik untuk lebih memperdulikan kepentingan publik diatas segalanya.
Hal ini menjadi wajar, mengingat persoalan sosial dan ekonomi yang belum terselesaikan.
Sebagai pengatur lalulintas kepentingan, partai politik seringkali dihimpit oleh kepentingan-kepentingan individu dan kelompok tertentu sehingga menghambat peran dan fungsi-fungsinya sebagai penyambung aspirasi masyarakat. Selain kepentingan sektoral, dinamika konflik internal dan kasus korupsi maupun penyimpangan anggaran bantuan sosial, sering menambah beban pembenahan fungsi partai politik. Suvei Litbang Kompas pada bulan januari 2015 memperlihatkan sekitar 55,4 persen responden menyatakan citra partai politik baik. Sebaliknya, sebanyak 41,4 persen masih menganggap buruk citra partai politik, citra itu menguat menjadi 49,3% di bulan April 2015, dan 50,6% di bulan januari 2016 dan pada bulan April 2016 berada pada angka 46,3%, sedangkan citra baik partai politik menguat pada bulan oktober 2015 sebesar 55,4%, dan menurun pada bulan april 2016 menjadi 45,2%. Pergerakan ini mencerminkan fungsi partai politik yang berdenyut lamban dan pergerakannya cenderung menurun (fluktuatif).
Kepercayaan publik yang tidak stabil terhadap partai politik, disebabkan oleh peran aktor politik yang selalu menciptakan keresahan dengan melakukan kegiatan-kegiatan politik yang melanggar nilai-nilai norma sosial dan adat kebangsaan, sebaliknya kepercayaan publik menguat saat partai politik melakukan kegiatan-kegiatan politik yang lebih berorientasi pada kepentingan publik.
Oleh karena itu wajar jika pemimpin yang merakyat dan siap melayani lebih disukai masyarakat Kota Bandung, sebab merakyat dan melayani merupakan prinsip dasar dalam proses pengabdian, terutama dalam membangun optimisme kebangsaan, khususnya cara pandang kebangsaan dan kenegaraan yang berlandaskan azas kemanusiaan dari Kota Bandung, Semoga !!!
PenulisMembangun Optimisme Kebangsaan dari Bandung
PenulisMembangun Optimisme Kebangsaan dari Bandung
Penulis :
Danis T Saputra W, S.IP, M.I.P
Direktur Eksekutif INDODATA
Tidak ada komentar