Ratusan orang protes kebijakan antinarkoba Duterte Hak atas foto Getty Images ...
Ratusan orang berduka dalam pemakaman seorang remaja yang meninggal dalam kampanye anti narkoba Presiden Filipina Rodrigo Duterte yang telah menewaskan ribuan orang.
Kian Delos Santos ditembak polisi karena dituduh terlibat dalam perdagangan narkoba dan menolak untuk ditahan.
Tetapi cuplikan rekaman menunjukkan remaja berusia 17 tahun ini diseret oleh petugas yang tidak menggunakan seragam.
Dalam rekaman yang menjadi bukti itu menunjukkan remaja i tu berlutut, tertunduk, kemudian tewas.
- Perang Duterte lawan narkoba dipergencar, 58 tewas ditembak pekan ini
- Kecurigaan di balik rencana perpanjangan darurat militer Duterte
- Soal narkoba, Presiden Duterte berjanji tak akan tunduk pada tekanan internasional
Ratusan orang hadir dalam pemakaman remaja itu di ibukota Manila. Sejumlah orang membawa poster yang meminta agar kampanye kekerasan Presiden Duterte diakhiri.
Dorongan untuk mengakhiri kampanye anti narkoba dengan kekerasan itu didukung oleh sejumlah kalangan yang lelah dengan kejahatan yang terkait dengan narkoba di Filipina.
Biarawati, pendeta dan ratusan anak-anak berteriak "keadilan untuk Kian, keadilan untuk semua" sambil berjalan bersama iring-iringan jenazah dari sebuah gereja ke pemakaman di mana remaja ini dikuburkan, seperti dilaporkan kantor berita Reuters.
Ayahnya, Saldy, menyatakan kepada orang yang hadir dalam pemakaman bahwa anaknya tidak bersalah dan melampiaskan kemarahannya pada polisi.
"Apakah mereka tidak memiliki hati?" kata dia, suaranya bergetar karena emosi. "Saya tidak yakin mereka memilikinya. Ada banyak gereja-geraja, mereka harusnya pergi ke sana."
Romo Robert Reyes merupakan salah satu dari sejumlah pastor Katolik yang hadir dalam Misa.
"Kian merupakan nama dan wajah kebenaran," kata dia seperti dikutip oleh kantor berita AFP. "Kita tidak mengizinkan kebenaran ikut mati dengan pembunuhan Kian".
Orangtua remaja ini dan kuasa hukumnya menggugat tiga aparat polisi atas pem bunuhan itu pada Jumat (25/08).
- Gereja Filipina kecam 'operasi berdarah' melawan narkoba
- Dalam sehari 32 tersangka pengedar narkoba ditembak mati polisi Filipina
- Polisi Filipina tangkap senator penentang kebijakan narkoba Presiden Duterte
Kelompok HAM menuduh polisi Filipina merencanakan pembunuhan di luar pengadilan dan dalam sejumlah kasus memberikan keuntungan bagi mereka.
Polisi telah memastikan bahwa tersangka dibuniuh ketika mereka melawan polisi dengan senjata. Klaim ini sejak lama telah diperdebatkan.
Duterte menangguhkan kampanye pada bulan Januari yang menjanjikan untuk "membersihkan" polisi, dan mengatur ulang unit anti-narkoba. Kampanye dilanjutkan pada bulan Maret.
Sumber: BBC
Tidak ada komentar