Page Nav

HIDE

Gradient Skin

Gradient_Skin

Pages

Responsive Ad

Terkini: Setara: Jokowi Mesti Hati-hati Sikapi Panglima TNI

Setara: Jokowi Mesti Hati-hati Sikapi Panglima TNI ANTARA FOTO/NYOMAN BUDHIANA Panglima TNI, Jenderal TNI Gatot Nurmantyo menyampaikan panda...

Setara: Jokowi Mesti Hati-hati Sikapi Panglima TNI

Panglima TNI, Jenderal TNI Gatot Nurmantyo menyampaikan pandangannya dalam Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) ke-1 Partai Hanura di Kuta, Bali, Jumat (4/8/2017). Dalam Rapimnas tersebut Panglima TNI menyampaikan tentang kondisi Bangsa Indonesia dan tantangan yang kemungkinan dihadapi ke depannya.ANTARA FOTO/NYOMAN BUDHIANA Panglima TNI, Jenderal TNI Gatot Nurmantyo menyampaikan pandangannya dalam Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) ke-1 Partai Hanura di Kuta, Bali, Jumat (4/8/2017). Dalam Rapimnas tersebut Panglima TNI menyampaikan tentang kondisi Bangsa Indonesia dan tantangan yang kemungkinan dihadapi ke depannya.

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Setara Institute Hendardi meminta Presiden Joko Widodo hati-hati dalam menyikapi manuver yang dilakukan oleh Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo.

"Presiden Jokowi mesti berhati-hati mengambil sikap atas Panglima TNI," kata Hendardi dalam keterangan tertulisnya, Senin (25/9/2017).

"Karena Panglima TNI sedang mencari momentum untuk memperkuat profil politik bagi dirinya, maka tindakan atas Gatot Nurmantyo haruslah merupakan tindakan normatif dan biasa-biasa saja, sehingga cara-cara politik yang tidak etis yang sedang diperagakannya secara perlahan menjadi layu sebelum berkembang," tambah dia.

(baca: Sebar Isu Pembelian 5.000 Senjata, Panglima TNI Dinilai Sedang Berpolitik)

Hendardi mengatakan, penyampaian informasi intelijen oleh Panglima TNI di ruang publik menyalahi kepatutan.

Pasalnya, tugas intelijen hanya mengumpulkan data dan informasi untuk Presiden.

"Panglima TNI jelas a historis dengan ha kikat reformasi TNI baik yang tertuang dalam TAP MPR, Konstitusi RI maupun dalam UU TNI dan UU Pertahanan," kata Hendardi.

(baca: Luruskan Pernyataan Panglima, Wiranto Sebut 500 Pucuk Senjata untuk Pendidikan BIN)

Hendardi menambahkan, pernyataan Panglima TNI menunjukkan teladan buruk bagi prajurit. Prajurit TNI selama ini didisiplinkan untuk membangun relasi yang kuat dan sehat dengan Polri.

Langkah itu dilakukan untuk menghindari konflik polisi dan tentara seperti yang kerap terjadi.

Alih-alih menjadi teladan, Panglima TNI justru membawa prajurit TNI dalam konflik kepentingan serius yang hanya menguntungkan diri Panglima TNI.

(baca: Fadli Zon Minta Panglima TNI Klarifikasi soal Pernyataan 5.000 Senjata Api)

Hendardi melihat, belakangan ini Gatot terus mencari perhatian publik dengan pernyataan-pernyataan permusuhan, destruktif dan di luar kepatutan seorang Panglima TNI.

"Selain isu PKI, pemutaran film G30SPKI, perang perny ataan dengan Menteri Pertahanan, pengukuhan diri sebagai Panglima yang bisa menggerakkan dan memerintahkan apapun pada prajuritnya, adalah akrobat politik Panglima TNI yang sedang mencari momentum politik untuk mempertahankan eksistensinya jelang masa pensiun," kata Hendardi.

Hendardi menilai, cara Gatot Nurmantyo memimpin TNI adalah yang terburuk sepanjang era reformasi.

Bukan karena melakukan pelanggaran HAM dan kejahatan kemanusiaan secara terbuka, tetapi karena membawa kembali TNI berpolitik.

"Bahkan dengan mengorbankan koeksistensi antarinstitusi negara seperti Polri, BIN, dan Kemenhan," ucap Hendardi.

Sebelumnya, beredar rekaman suara Panglima TNI di media sosial saat berbicara dalam acara silaturahim Panglima TNI dengan purnawirawan TNI di Markas Besar TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Jumat (22/9/2017).

(baca: Panglima TNI Akui Rekaman Pernyataannya soal 5.000 Senjata Api)

Dalam rekaman itu, Panglima TNI men yebut adanya institusi nonmiliter yang membeli 5.000 pucuk senjata.

"Data-data kami, intelijen kami akurat," ucapnya.

"Bahkan TNI pun akan dibeli. Tidak semuanya bintang-bintang di sini bersih. Ada yang punya keinginan dengan cara amoral unutk mendapat jabatan," ucap Panglima.

Belakangan, Panglima TNI mengakui bahwa rekaman tersebut memang pernyataannya.

"Seribu persen itu benar kata-kata saya," ucap Panglima TNI usai menutup Kejurnas Karate Piala Panglima TNI Tahun 2017, di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur, Minggu malam.

Namun, Gatot menegaskan bahwa pernyataan itu bukan untuk publik. Sehingga, ia tidak mau berkomentar lagi soal substansi pernyataan dalam rekaman itu.

"Saya tidak pernah 'press release' (soal senjata), saya hanya menyampaikan kepada purnawirawan, namun berita itu keluar. Saya tidak akan menanggapi terkait itu (senjata ilegal)," kata Gatot.

(baca: PT Pindad: BIN Pesan 517 Senjata Laras Panjang, Polri 5000 Pucuk)

Menanggapi pernyataan Panglima TNI, Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Wiranto menjelaskan bahwa institusi non-militer yang berniat membeli senjata api adalah Badan Intelijen Negara (BIN) untuk keperluan pendidikan.

Jumlahnya tak mencapai 5.000 pucuk, tetapi hanya 500 pucuk. BIN juga sudah meminta izin ke Mabes Polri untuk pembelian senjata itu.

Izin tak diteruskan ke TNI lantaran spesifikasi senjata yang dibeli BIN dari Pindad itu berbeda dengan yang dimiliki militer.

Berita Terkait

Panglima TNI Ziarah ke Makam Soekarno, Soeharto hingga Jenderal Sudirman

Panglima TNI: Ketiga Presiden Ini Luar Biasa, Bisakah Kita Begitu kalau Meninggal?

Soal Film G30S/PKI, Panglima TNI Sebut Ide Presiden Jokowi Luar Biasa

Ini Alasan Panglima TNI Perintahkan Pemutaran Film G30S/PKI

Ziarah ke Makam Soeharto, Gatot Nurmantyo Sebut TNI Tak Lupa Sejarah

Terkini Lainnya

Sidang Praperadilan Novanto, KPK Bawa 200 Dokumen termasuk BAP Saksi

Sidang Praperadilan Novanto, KPK Bawa 200 Dokumen termasuk BAP Saksi

Nasional 25/09/2017, 13:42 WIB Pansus Diminta Perbaiki Kepolisian dan Kejaksaan daripada Cari Kesalahan KPK

Pansus Diminta Perbaiki Kepolisian dan Kejaksaan daripada Cari Kesalahan KPK

Nasional 25/09/2017, 13:36 WIB Jelang Musim Hujan, Sudin Kehutanan Jakbar Data Pohon Rawan Tumbang

Jelang Musim Hujan, Sudin Kehutanan Jakbar Data Pohon Rawan Tumbang

Megapolitan 25/09/2017, 13:34 WIB Istri Pendiri Situs Nikahsirri: Suami Saya Gila Sejak Kalah Pilkada

Istri Pendiri Situs Nikahsirri: Suami Saya Gila Sejak Kalah Pilkada

Megapolitan 25/09/2017, 13:26 WIB Ada Diskon 60 Persen, Pelaksana E-KTP Beli Hardware Harga Normal

Ada Diskon 60 Persen, Pelaksana E-KTP Beli Hardware Harga Normal

Nasional 25/09/2017, 13:22 WIB PVMBG: Indikasi Letusan Gunung Agung Sudah Terlihat

PVMBG: Indikasi Letusan Gunung Agung Sudah Terlihat

Regional 25/09/2017, 13:20 WIB Polisi Tahan Pemilik Situs Nikahsirri.com

Polisi Tahan Pemilik Situs Nikahsirri.com

Megapolitan 25/09/2017, 13:13 WIB Djarot: Infonya Ada Penghuni Rusun yang Sudah Punya Mobil

Djarot: Infonya Ada Penghuni Rusun yang Sudah Punya Mobil

Megapolitan 25/09/2017, 13:06 WIB Komentar Mendagri soal Usul Djarot Gubernur DKI Dipilih DPRD

Komentar Mendagri soal Usul Djarot Gubernur DKI Dipilih DPRD

Nasional 25/09/2017, 13:05 WIB Staf Khusus Menkes: Sanksi Paling Adil Perombakan Manajemen RS Mitra Keluarga

Staf Khusus Menkes: Sanksi Paling Adil Perombakan Manajemen RS Mitra Keluarga

Nasional 25/09/2017, 13:05 WIB Joker Sudah Tiga Kali Bubarkan Kebaktian di Rusun Pulogebang

Joker Sudah Tiga Kali Bubarkan Kebaktian di Rusun Pulogebang

Megapolitan 25/09/2017, 13:04 WIB Djarot Akan Temui Luhut untuk Bahas Lahan MRT di Kampung Bandan

Djarot Akan Temui Luhut untuk Bahas Lahan MRT di Kampung Bandan

Megapolitan 25/09/2017, 12:58 WIB Penjelasan Pengacara Setya Novanto soal Laporan Kinerja KPK yang Jadi Bukti Persidangan

Penjelasan Pengacara Setya Novanto soal Laporan Kinerja KPK yang Jadi Bukti Persidangan

Nasional 25/09/2017, 12:56 WIB Jelang Akhir Jabatan, Djarot Sebut Bekerja seperti Pelari

Jelang Akhir Jabatan, Djarot Sebut Bekerja seperti Pelari

Megapolitan 25/09/2017, 12:49 WIB Ini Alasan Bea Cukai Terapkan Pajak Barang Mahal dari Luar Negeri?

Ini Alasan Bea Cukai Terapkan Pajak Barang Mahal dari Luar Negeri?

Megapolitan 25/09/2017, 12:49 WIB Load MoreSumber: Google News

Reponsive Ads