Kelompok pemisah menang Pemilu Parlemen Catalonia Barcelona (ANTARA News) - Kelompok pemisah, yang memperjuangkan kemerdekaan dari Spanyol, ...
Barcelona (ANTARA News) - Kelompok pemisah, yang memperjuangkan kemerdekaan dari Spanyol, berhasil mempertahankan kekuasaan di Katalunya dalam pemilihan anggota parlemen pada Jumat, kata perhitungan sementara.
Hasil tersebut menunjukkan warga Catalonia menolak upaya Perdana Menteri Spanyol, Mariano Rajoy, menyelesaikan perpecahan politik terbesar di negaranya dalam beberapa dasawarsa belakangan.
Hasil itu juga menunjukkan kemunduran bagi Uni Eropa, yang harus menghadapi kebisingan soal kemerdekaan seusai Inggris keluar dan suara protes dari negara Eropa timur.
Dengan menggelar Pemilu di Catalonia, Rajoy mengulangi kesalahan pemimpin lain Eropa, seperti, di Inggris dan Italia, yang berjudi dengan menyerahkan keputusan politik besar ke tangan warga.
Catalonia adalah wilayah secara umum sejahtera dengan iuran sekitar 20 persen dari keseluruhan perekonomian Spanyol. Lebih dari 3.100 perusahaan mem indahkan kantor pusat mereka dari Katalunya sejak kelompok pemisah menang dalam referendum kemerdekaan pada tahun ini.
"Semakin banyak perusahaan yang memindahkan operasinya, sehingga aktivitas ekonomi menurun. Ini buruk bagi semua orang," kata direktur perusahaan umum Spanyol, yang meminta namanya dirahasiakan.
Rajoy, yang memutuskan untuk menggelar pemilu usai memecat pemimpin Catalonia yang memenangi referendum, hingga kini masih belum berkomentar mengenai hasil perhitungan suara.
Rajoy pada awalnya berharap bisa memenangi Pemilu Parlemen Catalonia untuk memukul balik lawan politiknya. Namun partai Rajoy justru tidak mendapat suara signifikan, sehingga memunculkan kekhawatiran akan kembalinya presiden Katalunya yang sempat dia pecat.
Pemimpin kelompok separatis, Carles Puigdemont, sebelumnya harus berkampanye dari Belgia untuk menghindari penangkapan atas tudingan penghasutan.
Puigdemont akan menyampaikan pernyataan dari Brussels 11.00 GMT atau puku l 19.00 WIB.
Catalonia, yang sempat mengalami penindasan kultural pada masa Jenderal Fransisco Franco, kembali menuntut kemerdekaan dalam beberapa tahun terakhir setelah perekonomian mereka tumbuh pesat.
Pemerintah Katalunya beralasan bahwa mereka menanggung beban pajak terlalu besar untuk membayar hutang nasional dan mensubsidi daerah Spanyol lain yang kurang sejahtera.
Tuntutan itu berpuncak pada 1 Oktober lalu saat polisi nasional menggunakan gas air mata dan barikade untuk mencegah warga Kalatunya menghadiri pemungutan suara referendum kemerdekaan.
Pada saat parlemen Katalunya menyatakan kemerdekaan seusai referendum, Rajoy menggunakan kewenangan konstitusionalnya untuk memerintah langsung dari Madrid.
Di sisi lain, Rajoy juga banyak mendapatkan dukungan dari negara-negara Uni Eropa lain seperti Jerman dan Prancis.
Upaya Puigdemont mendapatkan pengakuan internasional dari Brussel masih gagal. Dia menyebut Uni Eropa "kelompok negara mundur" karen a menolak menengahi sengketa politik Catalonia dengan pemerintah pusat Spanyol.
Pewarta: Ade P Marboen
Editor: Ade P Marboen
COPYRIGHT © ANTARA 2017
Tidak ada komentar