Page Nav

HIDE

Gradient Skin

Gradient_Skin

Pages

Responsive Ad

Aksi 212 di Jember Didukung Ulama dan Santri Pondok Pesantren

Aksi 212 di Jember Didukung Ulama dan Santri Pondok Pesantren Jember (beritajatim.com) - Sejumlah ulama sepakat menggelar Aksi 212 di Kabupa...

Aksi 212 di Jember Didukung Ulama dan Santri Pondok Pesantren

Jember (beritajatim.com) - Sejumlah ulama sepakat menggelar Aksi 212 di Kabupaten Jember, Jawa Timur. Aksi massa tersebut akan dilaksanakan pada 21 Februari 2018 dan diikuti puluhan pondok pesantren.
Demikian hasil diskusi dan pertemuan Forum Silaturahmi Tokoh dan Masyarakat Jember, di Pondok Pesantren Ash Shiddiqi Putri yang diasuh KH Saiful Ridjal, keponakan Rais Aam NU 1984-1991 KH Ahmad Shiddiq, Senin (8/1/2018) malam. Pertemuan tersebut berlangsung mendadak atas inisiatif Saiful Ridjal.
Aksi 212 tersebut didasari pada keprihatinan terhadap kondisi di Jember. "Selama dua tahun ini tidak ada kemajuan, tapi kemunduran. Selama dua tahun pembangunan tidak terasa. Jalan-jalan banyak yang rusak," kata Habib Umar al Muhdor, salah satu ulama dari Kecamatan Puger.
Umar sebenarnya saat pemilihan kepala daerah lalu menjadi pendukung Bupati Faida dan Wakil Bupati Abdul Muqit Arief. Ia merelakan kediamannya dijadikan salah satu posko pemenangan karena berharap kondisi Jember akan bisa lebih baik dibanding masa pemerintahan Bupati MZA Djalal.
Namun Umar kecewa karena selama dua tahun terakhir justru kondisi Jember menunjukkan arah sebaliknya. Salah satu yang mengecewakan adalah keterlambatan pengesahan APBD 2018. Jember adalah satu-satunya daerah di Jawa Timur yang belum memiliki APBD tahun ini. "Harus diakhiri saja. Tidak perlu diteruskan. Dua tahun sudah kita rasakan. Terus terang semua kecewa. Tidak bisa kepemimpinan seperti ini dilanjutkan," katanya.
Dalam Aksi 212 nanti, para ulama dan tokoh masyarakat akan melakukan istigosah di depan Pendapa Wahyawibawagraha dan mendesak untuk bertemu dengan Bupati Faida. Dari sana, mereka akan bergerak ke DPRD Jember dan mendesak para wakil rakyat agar menggunakan hak-hak konstitusional mereka untuk mengatasi persoalan di Jember.
Sebelum aksi puncak tersebut, nantinya akan digela r sejumlah aksi-aksi pemanasan dengan massa lebih sedikit namun intensif, dengan menyuarakan sejumlah persoalan di Jember. "Jadi nanti saat Aksi 212, masyarakat tidak usah diundang, cukup diumumkan lewat loud speaker di langgar-langgar, di musala-musala," kata Ustadz Jufri Shofrowi, salah satu tokoh yang hadir.
Namun Jufri meminta agar semua pihak melakukan aksi tanpa kebencian. "Kita hilangkan rasa kebencian dulu. Niat kita harus betul-betul lillahi ta'ala (demi Jember)," katanya.
Ra Farid Mudjib, salah satu kiai muda asal Kecamatan Silo, mengatakan setidaknya 51 pondok pesantren akan bergabung dalam aksi tersebut. Jumlah itu masih bisa bertambah karena ia akan melakukan koordinasi intensif sebelum Aksi 212 digelar. "Saya yakin pesertanya akan membludak. Di Kecamatan Silo saja, sudah ada sebelas pondok pesantren (yang siap bergabung)," katanya.
Farid membandingkan perlakuan pemerintah daerah saat ini terhadap kalangan pondok pesant ren dibandingkan pemerintahan Bupati Samsul Hadi Siswoyo dan MZA Djalal. "Selama masa pemerintahan mereka ada sumbangan khusus Rp 10 juta per tahun untuk pesantren (dari APBD). Saat ini nol. Kedua, guru ngaji penerima insentif APBD sekarang berkurang dari 27 ribu menjadi sekitar 14 ribu. Dulu waktu zaman Pak Djalal, dalam satu musala, semua guru ngaji menerima insentif. Sekarang satu musala hanya satu guru ngaji yang menerima," katanya.
Farid juga menerima keluhan dari salah satu guru di Kecamatan Kalisat soal larangan dari bupati bagi sekolah untuk menerima sumbangan. Tapi ternyata insentif Program Pendidikan Gratis (PPG) dari APBD Jember tidak sesuai harapan untuk membiayai sekolah dan kegiatan belajar mengajar.
Para ulama tersebut juga kecewa karena Abdul Muqit Arief yang juga berasal dari kalangan kiai pesantren tidak difungsikan sebagai wakil bupati secara maksimal. Bahkan selama dua tahun ini, menurut Farid, silaturahmi intensif dengan kalangan pondok pesantr en minim. Padahal Jember adalah salah satu basis Nahdliyyin dan pesantren di Jawa Timur. [wir/but]

Sumber: Google News Wakil Rakyat

Reponsive Ads