Page Nav

HIDE

Gradient Skin

Gradient_Skin

Pages

Responsive Ad

Di Bawah Trump, Parlemen Israel: Tak Ada Kesepakatan untuk ...

Di Bawah Trump, Parlemen Israel: Tak Ada Kesepakatan untuk ... Yerusalem, NU OnlineSeorang Arab terkemuka dari Parlemen Israel Ahmad Tibi me...

Di Bawah Trump, Parlemen Israel: Tak Ada Kesepakatan untuk ...

Yerusalem, NU OnlineSeorang Arab terkemuka dari Parlemen Israel Ahmad Tibi mengatakan, solusi konflik antara Palestina dan Israel tidak akan pernah tercapai selama Donald Trump masih menjadi Presiden Amerika Serikat.
"Tidak ada apa-apa di cakrawala saat Trump berkuasa, dan sekarang dia berkuasa, solusinya tidak mungkin (ada)," katanya seperti dikutip Aljazeera, Selasa (9/1).
Dia juga menolak apa yang disebut sebagai ‘kesepakatan abad ini.’ Yaitu berdirinya negara Palestina dengan Gaza dan sebagian Tepi Barat, dikurangi Yerusalem, sebagai wilayah kedaulatannya.
Trump dan aliansinya, imbuh Tibi, telah membuat kebijakan yang radikal dibandingkan kebijakan Amerika Serikat sebelumnya, terutama mengenai isu-isu Yerusalem dan permukiman ilegal Israel.
Dia menyebutkan, kebijakan sepihak Trump atas Yerusalem didasarkan pada narasi yang diciptakan Israel. Tahun 1947, Perserik atan Bangsa-Bangsa (PBB) memiliki rencana untuk membagi wilayah yang menjadi konflik tersebut â€"minus Yerusalem- menjadi sebuah negara bagian yang terpisah. Yerusalem akan menjadi otoritas internasional.
Para pemimpin Palestina menginginkan Yerusalem Timur sebagai ibu kota negara masa depannya, sementara Israel menegaskan bahwa Yerusalem adalah ibu kota yang tidak terpisahkan baginya.
“Trump mengubah itu semua. Dia memberikan hadiah Netanyahu (Yerusalem) pada bulan yang sama saat Netanyahu dikenai penyelidikan korupsi oleh Kejaksaan Agung Israel,” jelasnya.
Tibi mengkritik keputusan yang dikeluarkan Gedung Putih tersebut karena tidak memperhatikan sama sekali kepentingan bangsa Palestina. Dia juga mengomentari bagaimana cara Donald Trump menangani konflik Palestina dan Israel. Baginya, persoalan di Timur Tengah itu lebih dari sekedar persoalan perumahan (real estate), namun perjuangan dua negara.
"Ini adalah perjuangan nasionalis antara dua negara," tukasnya. (Red: Muchlishon Rochmat)Sumber: Google News Parlemen

Reponsive Ads