Page Nav

HIDE

Gradient Skin

Gradient_Skin

Pages

Responsive Ad

Survei Indo Barometer dan Anomali Elektabilitas NH-Aziz

Survei Indo Barometer dan Anomali Elektabilitas NH-Aziz Beberapa pekan lalu, saya mendapat kiriman data berupa bocoran hasil survei untuk P...

Survei Indo Barometer dan Anomali Elektabilitas NH-Aziz

Beberapa pekan lalu, saya mendapat kiriman data berupa bocoran hasil survei untuk Pemilihan Gubernur Sulsel 2018. Berselang beberapa hari kemudian, bocoran dengan hasil mirip yang saya terima dari seorang teman itu, sudah menjadi viral di media sosial.

Hasil survei itu, kemudian seperti mewabah memenuhi ratusan laman media sosial dan mengundang banyak komentar. Apalagi kemudian yang merilisnya adalah lembaga survei kapabel di tingkat nasional, Indo Barometer.

Meski tak merilisnya secara resmi, namun secara tersirat pihak Indo Barometer kemudian mengakui adanya survei yang mereka lakukan pada bulan Januari 2018. Survei itu sendiri dirilis tak resmi pada tanggal 28 Januari 2018.

Hasilnya, pasangan Nurdin Abdullah- Sudirman Sulaim an menempati posisi teratas, dengan perolehan elektabilitas 26,1 persen. Disusul pasangan Ichsan Yasin Limpo-Andi Mudzakkar (IYL-Cakka) menempati posisi kedua, dengan angka 16,3 persen. Sementara, pasangan Nurdin Halid-Aziz Qahhar Mudzakkar (NH-Aziz) meraup 15,9 persen. Dan di posisi buncit, pasangan Agus Arifin Nu'mang-Tanribali Lamo (Agus-TBL) dengan elektabilitas 5,4 persen.

Sebanyak 14,5 persen responden yang tidak menjawab (tidak memiliki pilihan). 20,1 persen responden yang belum memutuskan dan 1,8 persen responden yang masih merahasiakan pilihannya.

Setelah membaca hasil itu, saya kemudian membuka rilis perdana Indo Barometer untuk survei Pilgub Sulsel, yang dirilis November 2017. Adalah komandan Indo Barometer sendiri, M Qodari yang langsung mengumumkannya pada, tanggal 16 November 2017 di Clarion Hotel.

Qodari menyampaikan dari pertanyaan tertutup, elektabilitas pasangan Nurdin Abdullah-Andi Sudirman Sulaiman meraih 26%. Lalu disusul pas angan Ichsan Yasin Limpo-Andi Mudzakkar (IYL-Cakka) dengan dukungan 16,8%. Kemudian pasangan Nurdin Halid-Aziz Qahhar Mudzakkar (NH-Aziz) yang mendapat dukungan 11,6%. Paling buncit pasangan Agus Arifin Nu'mang-Aliyah Mustika Ilham dengan dukungan 5,4%. Namun, responden yang belum memutuskan sebesar 22,8% dan yang tidak menjawab sebesar 14,9%.

Menarik sekali ketika kemudian menganalisa dengan membandingkan kedua hasil dari lembaga sama, di waktu yang berbeda itu. Rentang waktu dua bulan dari survei awal pada 16 November 2017 hingga survei kedua di pertengahan Januari 2018, sesungguhnya telah meninggalkan sebuah catatan yang mengejutkan.

Bukan karena posisi NA-ASS yang tetap memimpin, atau AAN yang tetap di urutan buncit, meski sudah berganti pasangan. Tetapi, adanya peningkatan tak biasa atas elektabilitas pasangan NH-Aziz yang menurut rumus survei di luar perkiraan.

Baca Juga

  • Ketua PKPI Sulsel Target 14 Ribu Suara untuk NH-Aziz
  • Jubir Bagus Sebut Survei Indo Barometer Pesanan Kandidat Tertentu
  • Tim NH-Aziz Tanggapi Hasil Survei Indo Barometer

Mari kita coba perhatikan angka-angkanya di atas. Dalam jangka dua bulan itu, NH - Aziz melejitkan elektabilitasnya hingga 4,3 persen. Survei perdana paslon ini mencatat 11,6 persen, dan di survei kedua melonjak jadi 15,9 persen. Sementara rival-rivalnya stagnan dan cenderung turun.

NA ASS yang memimpin hanya naik tipis 0,1 persen, sementara IYL Cakka turun 0,5 persen. AAN-TBL sendiri bertahan di angka 5,4 persen. Angka itu mengonfirmasi bahwa pergerakan NH-Aziz sukses menggaet seluruh pemilih dengan status swing voters di survei pertama.

Agaknya, anomali dukungan pemilih tengah menggelayut di kubu NH-Aziz. Pertambahan dukungan hingga lebih dari 2 persen per bulan, sebenarnya adalah hal tak biasa dal am kontestasi perebutan suara. Tetapi juga bukan sebuah kemustahilan, karena akumulasi dukungan pemilih bisa saja berkolaborasi pada sebuah titik dukungan.

Banyak hal yang bisa membuat lahirnya pergerakan dukungan tak biasa yang saya sebut sebagai anomali itu. Dukungan pemilih terkolaborasi karena adanya program yang mengena langsung keperluan hidup dan kesusahan pemilih, infra dan suprastruktur tim yang mulai panas, endurance finansial yang luar biasa, serta ketokohan kandidat yang mulai tercitra baik.

Jika anomali itu tetap terjadi dengan rentang kenaikan bertahan di kisaran 2,2-2,5 persen setiap bulan, seperti kenaikan rata-rata hasil Indo Barometer, maka NH-Aziz dalam lima bulan ke depan berpotensi game di angka maksimal 28.5 persen, sebelum tanggal 27 Juni 2018.

Dengan asumsi, swing voters hingga hari H itu di angka 25-30 persen yang kemudian didistribusi merata pada keempat calon. Maka, NH-Aziz berpotensi menutup Pilgub Sulsel di angka lebih d ari 40 persen. Walau demikian, kita masih perlu menunggu beberapa bulan ke depan untuk memastikan kesahihan analisa ini.

Penulis: Nurmal Idrus
Direktur Nurani Strategic

Sumber: Google News Eletabilitas

Reponsive Ads