Page Nav

HIDE

Gradient Skin

Gradient_Skin

Pages

Responsive Ad

Taliban ditawari menjadi partai politik dan ikut pemilu Afghanistan

Taliban ditawari menjadi partai politik dan ikut pemilu Afghanistan ]]> ...

Taliban ditawari menjadi partai politik dan ikut pemilu Afghanistan

]]> Taliban ditawari menjadi partai politik dan ikut pemilu Afghanistan
TalibanHak atas foto Getty Images
Image caption Taliban meningkatkan seran gan di Afghanistan dalam beberapa bulan ini untuk membalas serangan udara koalisi pimpinan AS.

Kelompok perlawanan di Afghanistan, Taliban, ditawari menjadi partai politik dan mengikuti pemilihan umum di negara tersebut.

Tawaran ini diajukan oleh Presiden Ashraf Ghani, hari Rabu (28/02), saat menyampaikan pidato di pertemuan regional di ibu kota Kabul, yang membahas kerangka kerja perundingan damai dengan Taliban.

Konferensi ini dihadiri 25 negara, termasuk Indonesia.

"Harus ada gencatan senjata, Taliban akan diakui sebagai partai politik dan proses untuk saling percaya akan terwujud," kata Presiden Ghani.

"Kami mengajukan tawaran tanpa syarat agar bisa dicapai perjanjian damai.

"Keputusan sekarang ada di tangan Anda (para pemimpin Taliban), menerima perdamaian ... dan mari bersama-sama mewujudkan stabilitas di negara ini ... mari kita bersama-sama menjaga negara ini," tambahnya.

Sebagai imbalan, kata Ghani, Taliban harus mengakui secara resmi pemerintah dan konstitusi negara Afghanistan, yang selama ini selalu menjadi ganjalan perundingan damai antara kedua pihak.

  • Taliban kirim surat terbuka ke Presiden Donald Trump, apa isinya?
  • Serangan Taliban tewaskan 130 orang, Afghanistan gelar hari berkabung nasional
  • Lawatan Jokowi ke Asia Selatan: Indonesia bisa jadi tempat perwakilan Taliban?

Pada hari Senin (27/02), Taliban mengatakan mereka siap berunding secara langsung dengan pemerintah Amerika Serikat 'untuk mencari solusi damai' atas perang di Afghanistan yang telah berlangsung selama lebih dari 16 tahun.

Tapi pernyataan Taliban ini tidak menyebut sama sekali perundingan dengan pemerintah Afghanistan, sementara Amerika Serikat mensyaratkan keterlibatan pemerintah Afghanistan dalam proses perdamaian di negara ini.

Hanya ingin berunding dengan AS?

Hak atas foto Getty Images
Image caption Kelompok Taliban berkuasa di Afghanistan pada 1996 hingga 2001 sebelum ditumbangkan oleh koalisi internasional pimpinan AS.

Wartawan Pakistan dan pakar Taliban, Rahimullah Yusufzai, mengatakan para pemimpin kelompok ini hanya ingin berunding dengan Amerika, namun para anggota lebih fleksibel soal kemungkinan menggelar perundingan dengan pemerintah Afghanistan.

"Ada orang-orang di Taliban yang meyakini bagaimanapun mereka harus pula berunding dengan pemerintah Afghanistan," kata Yusufzai kepada kantor berita AFP.

Ia mengatakan banyak korban jatuh di pihak Taliban akibat dari serangan udara dan serangan darat yang dilakukan militer Amerika.

Meski demikian, Yusufzai meyakini perlawanan dari kelompok ini akan terus berlanjut.

"Mereka mendapatkan kekuatan dari kemampuan melakukan perlawanan," katanya.

Korban di pihak warga sipil naik tajam dalam beberapa bulan terakhir seiring dengan peningkatan serangan oleh Taliban di sejumlah kota, sebagai balasan atas strategi agresif pemerintah Amerika di Afghanistan.

Taliban menguasai sekitar 75% wilayah Afghanistan pada 1996 hingga 2001, sebelum ditumbangkan oleh pasukan koalisi internasional pimpinan Amerika.

Sumber: Google News Pemilu

Reponsive Ads